Kamis, 30 Januari 2014

Bintang Yang Bersinar (Cerpen) Special Anniversary Difamili

    Pernahkah kalianmengamati bintang? Begitu indah bukan? Saat melihatnya, selalu terpikir dibenak kita untuk bisa menggapai salah satu saja dari ribuan bintang di angkasa..

    Malam itu, Difasedang asyik duduk bersama sahabatnya yang bernama Irfan di sebuah taman.Mereka bercanda dan saling berbagi cerita. Terkadang, mereka berhenti sejenakuntuk merasakan hembusan angin malam yang membelai mereka.

    “Hay angin,dapatkah kau mendengarku?” teriak Irfan, tentu saja tak ada jawaban! Merekapuntertawa.
   
    Difa menatap ke arahlangit. “Fan, coba kamu lihat!” ucap Difa menunjuk bintang-bintang di angkasa.Irfan tersenyum, “Apa yang kamu pikirkan?”

    Difa menghelanafas panjang “Aku ingin menjadi seperti bintang, selalu membuat orang bahagiadan ingin menggapainya, tetapi. . . .” Difa tak melanjutkan perkataannya.

    “Tapi apa?”

    “Bintang-bintangitu tak selalu menghisi setiap malam, ada kalanya mereka akan tertutup awan mendungketika akan turun hujan” Jawab Difa dengan masih tetap memandangbintang-bintang di angkasa.

    Irfanmenggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu, bingung! Ia memikirkan apa yangharusnya ia katakan pada saat itu. Merekapun terhanyut dalam keheningan, hanya terdengarsuara samar orang-orang dari kejauhan.

    “Ayolah Dif!” ucapIrfan membuka pembicaraan.

    “Ayo kemana sih?”
   
    Irfan menunjuk keatas. Difa tersenyum, ia tak menjawab membuat Irfan semakin penasaran denganisi hati Difa saat itu. “Uhh,, siapa sih Dif, yang gak kenal kamu?” tukas Irfandengan memukul pelan lengan Difa.

    Saat itu, ada duaorang yang berjalan didepan mereka. Bukan sapaan atau senyuman yang di dapat, tetapisalah seorang malah berbisik kepada temannya sambil memandang sinis kearah Difa.Sekali lagi Difa tersenyum, Irfan memandangnya ragu.

    Setelah dua orangitu berlalu, lewat lagi sekelompok anak muda berjalan di depan Difa dan Irfan.Mereka semua tersenyum saat melihat Difa, bahkan ada pula yang menyebut-nyebut namaDifa. Segera Difa membalas sapaan mereka.

    Irfan mendapatkesimpulan dari 2 kejadian itu. “Dif, gak semua orang akan merasa bahagiadengan kesuksesanmu. Mungkin mereka iri atas apa yang kamu miliki,dan semuayang kamu cita-citakan tak akan dengan mudah tercapai. Semua pasti butuhPerjuangan dan kesabaran!”

    “Aku tau kok, akuhanya ingin memberi yang terbaik untuk mereka semua.”

    Irfan memandangDifa bahagia, ia senang jika melihat sahabatnya tersenyum. “Tetaplah menjadi 

Dif, bintang yang selalu bersinar untuk semua orang!”

    Difa da Irfan pun kembali menghabiskan waktu dengan bercanda. Persahabatan mereka yang begitu tulus membuat semua kejadian yang mereka alami seakan sangat berkesan..


Aku pernah bermimpi
Menjadi bintang yang paling bersinar
Ku tak menyangka ini terjadi

Kegagalan yang pernah kualami
Menjadikanku semakin kuat
Aku bersyukur jadi seperti ini

Kebahagiaan ini janganlah cepat
berlalu
Karena tak mudah untuk menggapainya
Ku berjanji akan menjaga semua
Terima kasih Tuhan
atas segala anugrah yang kau beri Kepadaku
Semoga kantetap abadi

Aku pernah berharap
Menjadi sesuatu yang berharga untuk semua orang
Yang menyayangiku

Kegagalan yang pernah kualami
Menjadikanku semakin kuat
Aku bersyukur jadi seperti ini

Kebahagiaan ini janganlah cepat
berlalu
Karena tak mudah untuk menggapainya
Ku berjanji akan menjaga semua
Terima kasih Tuhan
atas segala anugrah yang kau beri Kepadaku
Semoga kantetap abadi…


The end :)

Lost In London *Chapter 2

Walaupun langit pada malam itu
Bermandikan cahaya bintang
Bulan pun bersinar betapa indahnya
Namun  menambah kepedihan

Kuakan pergi meninggalkan dirimu
Menyusuri liku hidupku
Janganlah kau bimbang dan janganlah kau ragu
Berikanlahsenyuman padaku…

            Sejenak semua terdiam, untuk menunggu kepastian dari Difa.
           
            “Oke-oke, aku ngerti! Sekarang Difa mau Tanyasama Angel, apakah kamu bersedia menungguku? Apa kamu mau berhubungan jarak jauh denganku?” Tanya Difa bersungguh-sungguh. Angel segera mengangguk cepat.

            “Aku pasti nunggu kamu Dif, pasti itu! Percayalahjika aku ini benar-benar jalanmu, sampai akhirnya aku tetap milikmu!”

            Difa memeluk erat Angel seakan tak inginberjauhan dengannya, Sedangkan Gilang, Bagas, Cindai, Rafli dan Marsha yangsedari tadi menyaksikan, tenggelam dalam keharuan. Selepas itu, mereka  kembali bercanda dan berbincang-bincang dimalam yang indah itu. Waktu bersama Difa menjadi sangat berharga mengingat iatak lama lagi akan meninggalkan mereka ke London.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul 21.00. Difapun teringat pada pesan papanya untuk tidak pulang terlalu malam agar tidak di kunciin pintu. “Ehh.. udah jam sembilan,aku harus segera pulang nih!”

           “Iya aku juga udah capek banget nih, Marsha samaCindai jadi menginap disini ya?” Tanya Bagas sembari beranjak dari kursinya.

          “Iya, aku lagi butuh temen cerita” Jawab Angelsesegera mungkin.

          “Ya lah, kalau gitu kita pulang dulu.. Daahhsampai jumpa hari senin” ucap Gilang dengan melambaikan tangan yang diikutijuga oleh Rafli. Mereka pun pulang kerumah masing-masing.

Saat diperjalanan, Difa melirik ke arah jamtangannya. “What? Setengah sebelas? Beneran kenaomel atau mungkin dikunciin juganih. Lagian nih Jakartagak siang gak malem masih aja macet!” Difa mengumpat kesal. Ia membunyikanklakson berulang-ulang. Saat itu muncullah seorang laki-laki turun dari mobilyang berada di depan mobil Difa dan menghampirinya.

Ia mengetuk-ngetuk kaca jendela mobil Difa.Segera Difa membukanya.

           “Ada apa Om?” Tanya Difa polos. Padahal terang saja laki-laki tersebut akan komplain masalah klaksonyang dibunyikannya berkali-kali.

           “Aduh cah ganteng, aku iki adoh-adoh yo tekoJogja, sektas taken. Iki macet le singsabar toh, iso kopok kupingku merga klaksonmu!” (Aduh anak ganteng, saya inijauh-jauh dari Jogja. Ini macet *sebutan anak laki-laki* yang sabar donk, bisa tuli telingaku gara-garaklaksonmu).

            Difa yang sedari tadi mendengarkan lelaki yangkatanya dari Jogja itu hanya melongo. Sedikit-sedikit ia dapat menangkap apayang dibicarakannya. Segera Difa meminta maaf atas ketidaknyamanan itu. “IyaOm, maaf maaf banget.”

           Lelaki tersebut memandang Difa aneh, kemudianwajahnya yang awalnya terlihat ramah berubah menjadi garang. “Kamu tunggusini!”. Ucap lelaki tersebut kemudian ia kembali ke mobilnya.

           “Itu orang kenapa? Jangan-jangan bakalan dituntut nih” Difa membayangkan dirinya dituntut sedikit ngeri.

           “Heh, kamu Difa anaknya Cakka kan? Ini kasih ke Papa kamu!” ucap orangtersebut dan memberikan sebuah amplop besar pada Difa. Kemudian olak-balikamplop tersebut. Sebenarnya siapa orang tersebut? Ada hubungan apa dengan Cakka? Dan apa isiamplop tersebut?

            30 kemudian, jalanan kembali normal,Difa ingin segera sampai dirumah dan mengatakan semua pada Papa dan Mamanya.Sesampainya dirumahm Difa memasukkan mobilnya ke garasi dan cepat-cepat turun.

            “Semoga gak dikunci” ucap Difaberharap dengan memegang daun pintu.

Ceklek!

            Beruntung, ternyata pintunya tidakterkunci. Ia segera masuk dan berjingkat-jingkat menuju kamarnya di lantai 2.Karna saat itu sedang gelap, Difa tidak melihat bahwa lantainya basah, Dan saatdia berjalan di tingkat limatiba-tiba. . . .

            BRUKK!

            “Aduhh kakiku sakit!” Difa terjatuh!Ia merintih kesakitan dan memegang kakinya. Seketika tampak Cakka dan Agnidatang lalu menyalakan lampu. Mereka terkejut melihat Difa. Agni terlihat sangat panik, kemudian dengan sigap Cakka memapah Difa ke kamarnya dan membaringkan ke tempat tidur.

            “Baru pulang?” Tanya Cakka menahanemosi setelah membawa Difa ke kamarnya.

            “Sudahlah Kka, anak lagi sakit..Gimana nak, apa perlu mama panggil tukang pijat?” Tanya Agni cemas

            “Maaf Pa, Gakusah Ma.. Difa gak kenapa-kenapa. Oh iya tadi ada seseorang yang menitipkan inipada Difa. Dia bilang suruh berikan ke Papa. Katanya sih dari Jogja, tapi Difagak tau siapa orang itu” Jelas Difa panjang lebar dan menyerahkan amploptersebut. Cakka dan Agni saling berpandangan.

            “Hahh? Apa maksudnya ini? Ya tuhan,apa yang harus kita lakukan?” Cakka panik ketika membaca apa yang ada di dalamamplop tersebut. Agni segera merebutnya dari tangan Cakka. Setelah membaca, iamemandang Difa cemas. Kemudian butiran-butiran air mata membasahi pipinya.

            “Ini pada kenapa Mama sama Papa? Difa gak ngerti?” Tanya Difa bingung melihat kedua orang tuanya itu.

            “Sudah ya Difa tidur aja dulu, ini sudah malam. Kalau bisa besok kamu di rumah aja gak usah kemana-mana!” Perintah Cakka pada Difa. Difa menurut dan ia pun tidur. Cakka dan Agni keluar darikamar anaknya itu.

Keesokkanharinya. . . . . . .

            Difa baru saja selesai mandi, iamengenakan Kaos berwarna putih dan celana jeans pendek. Ia mengambil kuncimobilnya dan turun ke bawah dengan langkah pincang. Kakinya masih terasa sakit.

            “Eh, mau kemana kamu?” Tanya Agnisaat melihat Difa memegang kunci mobilnya,

            “Difa mau ke bengkel depan perumahanitu Ma, bentar doank kok..”

            Tiba-tiba, Cakka datang menghampirimereka. “Difa, sepertinya kamu sudah gak aman lagi disini. Papa ingin sesegeramungkin kamu Sekolah di London!”

            Difa membulatkan matanya, tak percaya atas apa yang ia dengar barusan. “Papa serius? Tapi kenapa?”

            “Papa gak bisa jelasin sekarang kekamu, Oke kalau kamu mau ke bengkel silahkan saja. Tapi ingat pesan Papa,hati-hati dan jangan terlalu lama”

            Akhirnya Difa langsung pergi kebengkel mobil di dekat rumahnya, ia meminta agar mobilnya diservis sekaligus di mandikan(?). Sambil menunggu, ia mendengarkan lagu dari Handphonenya menggunakan Headset.

            “DORR”

            Difa terkejut saat mendegar suaraitu, oalah ternyata Angel sengaja mengagetinya.

            “Ya ampun Ngel, kaget tau! Kamungapain disini?”

            “Hehe.. Maaf, tadi aku kerumah kamu,Kata Tante Agni, kamu lagi ke bengkel. Ya sudah aku susul kesini”

            Beberapa menit, mereka terdiam dalamkeheningan. Tak ada satu kata pun yang terucap dari bibir mereka. Dan ketikaitu Difa membuka pembicaraan.

            “Ngel, ada berita buruk”

            Angel segera menoleh ke Difa, “Ada apa Dif?”

            “Kata Papa, aku harus secepatnyasekolah di London,katanya aku sudah tak aman lagi disini” Difa berusaha menjelaskan. Angeltertunduk.

            “Tapi kenapa harus  secepat itu?”

            Difa menaikkan bahunya tanda takmengerti, Angel kembali tertunduk lesu…

            “Dif, sebenarnya aku mau memintabantuan kamu”

            “Apa? Mungkin aku bisa Bantu”

            “Aku mau cari papa aku Dif”

            Difa tertegun, mencari Papa Angel? “Bisa aja sih,tapi mungkin terlalu rumit Ngel”

            “Ya kalau kamu gak bisa gak Kenapa-napa kok.”

            “Pasti aku Bantu kamu Ngel, Aku janji!” Difa danAngel saling mengaitkan kelingking

Lost In London *Chapter 1

            Sedikit demi sedikit, sang mentari mulai tertutup awan hitam. Mendung di sore hari terasa sejuk dengan semilir angin. Sepertinya cuaca diluar sama seperti suasana hati Difa yang sedang mendung. Ia menatap keluar jendela kamarnya. Tak lama, butiran air hujan turun membasahi bumi. Difa menjulurkan tangannya keluar jendela untuk menadahi air hujan.Kemudian ia memejamkan matanya. Difa teringat kejadian saat pulang sekolahtadi.

##

            “Difa, ada yang mau Papa omongin sama kamu” Ucap seorang lelaki paruh baya yang menyebut dirinya ‘Papa’. Ya, dia adalah Cakka, alias Papa Difa. Disampingnya duduk seorang wanita berwajah manis. Itu adalah Agni, istri Cakka sekaligus Mama Difa.

            “Iya, ada apa Pa?” Tanya Difa denganmenyimpan sejuta rasa penasaran.

            “Kemungkinan tahun depan kita bakal balik ke London,”
      
            “Apa? gak mau ahh... Bagaimana jika Difa disini saja? atau ngekost kan bisa?”

Cakka dan Agni saling menatap, mereka bingung bagaimana menjelaskan pada Difa. Cakka menghela nafas panjang. “Pokoknya kamu harus ikut. Tenang aja, disana Papa punya temen anaknya seumuran denganmu, kamu bisa bersahabat dengannya” Ujar Cakka panjang lebar. Difa tertegun, haruskah ia ikut Ke kampung halaman papanya? Ia tak rela meninggalkan sahabat-sahabatnya di sini. Sungguh ia tak rela!
           
##

            Handphone Difa berbunyi, ia segera beranjak dan mengambil ponselnya di dalam tas. Ternyata ada SMS dari Angel. Ia membuka pesan tersebut

From : Angel
To : Difa
Difa, nanti malamdatang ya ke rumahku jam 19.00, untuk merayakan anniv 5 bulan kita. Hehe, kalau gak repot harap datang yaa? Please, oke? Angel tunggu... Daaaaahhh

            Difa tersenyum dan segera membalas pesan tersebut.

To : Angel
From :Difa
Oke, pasti Difa datang kok, sampai jumpa nanti…

Send!

            Difa melempar handphonenya ke atas kasur dan pergi mandi. Sepertinya ia mulai lupa dengan rencana Papanya itu.

>>>

@Angel's House

             Angel begitu sibuk membantu mamanya untuk mempersiapkan pesta nanti malam.

            “Ma, semua teman-teman sudah Angel undang, terus apa lagi?” Tanya Angel pada Sivia, Mamanya.

            “Yakin semua sudah? Difa gimana? Sudah di undang kan?”Tanya Sivia meyakinkan.

            “Ahh.. Mama, malah dia orang pertama yang Angel undang kan hari ini. . .” Angel tak melanjutkan dan segera menutup mulutnnya . Ya, sejak kecil Angel bersahabat dengan Difa. Tak hanya itu, Sivia dan Agni mendukung mereka untuk jadian. Karena Difa dan Angel bukan anak kecil lagi, mereka sudah remaja.

            “Ooohh… Bagus kalau gitu. Jujur deh,sebenarnya kamu udah jadian sama Difa kan? Dan sekarang adalah anniv ke 5 bulan kamu sama dia?” Sivia menggoda putrinya yang terlihat malu-malu.

            “Gimana ya Ma,? iya sih, tapi kok mama tau?” tanya Angel dengan wajah sedikit tertunduk.

            “Haha.. Ya taulah, Difa aja sudah cerita ke Mamanya, kamu aja yang main rahasia-rahasia'an" Sivia tertawa mendengar pertanyaan putri semata wayangnya tersebut. Angel hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Mereka pun kembali dengan kesibukannya. Selang beberapa saat, terdengar bel berbunyi, dengan segera Angel membukakan pintu.Ternyata Cindai, Cindai diminta datang lebih awal untuk membantu Angel mempersiapkan pesta nanti malam.

            “Hai Ndai, datang kesini sama siapa? Tumben cepet banget” celutuk Angel. Cindai malah cengengsan gak jelas.
           
            “Sendirian lah, maunya sama siapa?”

            “Bagas? Jangan bilang kalau dia gak mau datang!”

            “Dia datang kok, tapi sekarang masih ada urusan, makanya aku datang sendiri.” Jelas Cinda yang dibarengi dengananggukan Angel.
>>>


Back to Difa

            Tepat pukul 18.45 WIB, Difa sudah rapi mengenakan kemeja berwarna merah dengan celana jeans. Malam itu, Difa terlihat sangat tampan.

            “Bilang gak ya? Gak siap mental nih.Ohh ayolah Difa Lo itu cowok!!" Difa berbicara sendiri di depan cermin. Kemudian ia merapikan tatanan rambutnya dan siap pergi kerumah Angel.

            “Wah mau kemana kamu? Rapi amat?” Tanya Cakka saat melihat putranya berpakaian rapi.

            “Mau kerumah temen Pa”

            “Oohh mau ke rumah Angel pasti nih… Udah ganteng kok” ujar Agni sembari mengacak pelan rambut Difa.

            “Yahh Mama, rusak deh rambut Difa. Yaudah ah Difa berangkat dulu ya Ma, Pa” Difa berpamitan pada orang tuanya.

            “Hati-hati jangan pulang kemalaman. Papa kunciin pintu loh!” ancam Cakka sekaligus menasehati.

~~

            Selama di perjalanan, Difa mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tak ingin terlambat dan mengecewakan tuan rumah. Dan 20 menit kemudian, tibalah Difa dirumah Angel.

            “Hayy aku gak terlambat kan?” ucap Difa berbasa-basi pada teman-temannya yang telah hadir di Acara pesta tersebut.

            “Maaf  bung, anda telat 5 menit” Jawab Gilang dengan nada kesal. Difa hanya tertawa.

            “Oh iya Ngel, ini buat kamu” Difa menyerahkan sebuah kotak dibungkus kertas kado berwarna pink favorite Angel.

            “Makasih Dif, Emm kado buat kamu belum aku bungkus, besok aja ya. Hehe"


            “Yahh Angelpayah nih, giliran romantis-romantisnya ehh belum bungkus kado” celutuk Bagasdiiringi gelak tawa yang lain.

            Setelahacara makan-makan juga seru-seruan, tiba-tiba Difa menarik tangan Angel. “Ngel,aku mau bicara empat mata sama kamu” Angel menurut saja saat Difa menariknya.Difa mengajak Angel ke taman belakang rumah.

            “Ada apa Dif?” Tanya Angelpenasaran. Difa menggenggam erat tangan Angel. DifAngel tak sadar jika ada lima pasang mata yangmengintai dari belakang.

            “Sebenernyagini Ngel, kata Papaku, tahun depan kami akan kembali ke London”

            “Apa? London?” ucap Marsha kagetsaat mendengar ucapan Difa. Segera DifAngel menoleh ke belakang.

            “Payah kamuSha, bisa di rem gak sih?” ucap Cindai kesal. Tetapi berhubung DifAngel sudahmengerti keberadaan mereka, akhirnya semua berkumpul.

            “Jadi kamumau ke London Dif?” Tanya Angel meyakinkan.

            “Iya makadari itu aku minta kita ….?” Ucapan Difa terputus.

            “Putus?Jangan gitu Dif, kamu gak boleh egois. Kalau kamu memang cinta dengan Angel,pertahankan! Gak peduli walaupun jarak memisahkan kalian!” ucap Rafli memberinasehat pada sohibnya.